Pengelolaan pesisir terpadu merupakan suatu pendekatan dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir secara optimal dengan meminimalisir kerusakan dan risiko yang mungkin terjadi akibat dari kegiatan pemanfaatan ataupun proses alami seperti bencana. Pengelolaan yang berkelanjutan akan menjamin kemanfaatan yang dapat dinikmati oleh generasi berikutnya dengan kualitas dan kuantitas yang sama atau bahkan lebih baik. Oleh karena itu, pengelolaan pesisir terpadu menjadi suatu keharusan untuk dapat diterapkan di seluruh dunia.
Kota Maputo yang merupakan ibu kota Negara Mozambique memiliki visi sebagai kota “water front city” yang nantinya berkembang sebagai ibu kota negara yang maju dengan segala aktivitasnya. Namun demikian, pengelolaan pesisir terpadu di wilayah ini belum dapat terlaksana karena beberapa kendala, sehingga pemanfaatan pesisir belum maksimal dan masih banyak permasalahan di sana-sini. Hal serupa juga terjadi di Macaneta, yang saat ini berkembang menjadi kawasan wisata. Kedua memerlukan suatu rumusan pengelolaan pesisir terpadu agar dapat dimanfaatkan secara optimal, namun tetap lestari.
Dalam rangka perumusan pengelolaan pesisir terpadu di dua wilayah tersebut, lima mahasiswa MPPDAS yang didampingi Dr Muh Aris Marfai, M.Sc. dikirim untuk ikut dalam kegiatan “Joint Student Project”di Mozambique pada Tanggal 16-22 Oktober 2012. Kegiatan ini bertemakan “Integrated Coastal Zone Management” dan diikuti oleh mahasiswa dari MPPDAS Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Universitas Eduardo Mondlane, Mozambique serta Universitas Federal Fluminense Brasil. Kegiatan ini juga mengkaji tentang morfodinamika wilayah pesisir, metode pengukurannya dengan metode paling sederhana sampai dengan modern, pemanfaatan geoindikator untuk mendeskripsikan proses di wilayah kepesisiran secara cepat dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu.
Kegiatan joint student project ini merupakan program dari CNRD (Center for Natural Resources and Development) yang merupakan konsorsium yang terdiri dari 11 universitas yang berasal dari Indonesia, Jerman, Brasil, Mesir, Vietnam, Nepal, Meksiko, Chile, Yordania, dan Mozambique. Lembaga ini mendapatkan bantuan pendanaan dari pemerintah Jerman melalui lembaga pemberi beasiswa DAAD. Mahasiswa MPPDAS yang ikut dalam kegiatan ini adalah Ahmad Cahyadi, Dhandhun Wacano, Anisa Norma Danti, Ajeng Larasati dan Parana Ari Santi.
Pengabdian Masyarakat
Pada tanggal 30 Maret 2012 hingga 2 April 2012, empat orang mahasiswa Magister Pengelolaan dan Perencanaan Pesisir dan DAS Fakultas Geografi UGM yaitu Annisa Triyanti, Ahmad Cahyadi, Andung Bayu Sekaranom, dan Dini Feti Anggraini melakukan ekspedisi ke Pulau Pramuka di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Ekspedisi ini diaksanakan dengan kerjasama MPPDAS Fakultas Geografi UGM dengan Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB). Tujuan dari dilaksanakannya ekspedisi ini adalah untuk melakukan orientasi terhadap fenomena-fenomea geografis di ekosistem pulau kecil. Berangkat dari pemahaman yang komprehensif mengenai kondisi fisik dan sosial ekonomi, keempat mahasiswa MPPDAS bersama 53 mahasiswa S-1 Teknik Geodesi ITB melakukan fieldwork di Pulau Pramuka tersebut.
Kajian yang dilakukan oleh keempat mahasiswa MPPDAS Fakultas Geografi UGM tersebut meliputi sumberdaya air, yaitu mengenai ketersediaan air dan kualitas air, sumberdaya lahan yaitu meliputi penilaian terhadap daya dukung lahan, penilaian mengenai sedimen transport dan perubahan garis pantai di kawasan pesisir Pulau Pramuka, dan pola adaptasi masyarakat di Pulau Pramuka yang meliputi adaptasi secara fisik, sosial, dan ekonomi.
Pulau Pramuka yang merupakan Ibukota Kabupaten Kepulauan Seribu ini memiliki sumberdaya pariwisata yang sangat besar. Pulau ini menurut Dr.rer.nat Poerbandono, S.T.,MM. dari Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, lebih tepat dinamakan sebagai cay yang merupakan terminologi dari pulau yang terbentuk dari endapan karang daripada sebuah pulau (island). Memiliki reef flat (hamparan karang yang menjadi ladasan dari pulau karang). Wilayah ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai daerah kegiatan pariwisata khususnya snorkeling, diving, dan sightseeing.
Masalah yang terjadi di Pulau Pramuka terkait dengan kondisi fisik yaitu berkenaan dengan pembangunan bangunan pemecah gelombang yang mengakibatkan ketidakstabilan transport sedimen. Adapun dari segi sumberdaya air, permasalahan yang paling utama terletak pada ketersediaan air dan kualitas air. Dilihat dari segi sosial ekonomi, permasalahan yang paling utama adalah berkaitan dengan fungsi kegiatan pariwisata untuk peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan pembangunan daerah.
Kondisi airtanah di Pulau Pramuka saat ini sangat mengkhatirkan. Hal ini karena intrusi air laut telah mencapai semua wilayah pulau, sehingga airtanah menjadi payau sampai asin. Faktor yang menyebabkannya adalah penurapan airtanah yang intensif, ukuran pulau yang sangat kecil serta sedikitnya imbuhan airtanah akibat penggunaan lahan terbangun mencapai >85% dari luas wilayah. Kebutuhan air minum dipenuhi dengan menggunakan air mineral yang didatangkan dari Jakarta, sedangkan untuk mencuci dan mandi masih menggunakan airtanah. Selain itu, airtanah di Pulau Pramuka memiliki kerentanan terhadap pencemaran sangat tinggi. Hal ini karena material penyusun lapisan tidak jenuh air berupa pasir kasar dan kedalaman airtanah maksimal hanya 1,4 meter. Oleh karenanya diperlukan pula rencana pengelolaan sampah dan limbah sehingga airtanah tidak tercemar